Pages

October 02, 2012

Suku Modern

Gambar: Solopos.com


Akhir- akhir ini isi berita dikoran dan televisi marak dengan berita tawuran (lagi). Ironisnya, tawuran kali ini menimbulkan korban jiwa (lagi). Meninggal sia-sia? Bisa jadi. Namun semoga juga tidak. Tapi semoga memberikan pelajaran bagi semua orang yang mengetahui masalah tawuran ini.

Dulu, saya adalah seorang pelajar STM ditahun 90-an yang juga sempat berkenalan dengan yang namanya tawuran. Termasuk beruntung karena meskipun sempat beberapa kali tawuran, masih hidup sampai sekarang. Namun bukan berarti saya mendukung aksi tawuran. Karena saat itupun kalau sedang dalam masa "perang" kondisi hati dan pikiran jadi tidak tenang. Takut kalau tiba-tiba ketemu rombongan sekolah "musuh".

Sekolah = Suku?
Saat ini, setelah bekerja, menikah, dan punya anak, mulailah pikiran ini berubah. Bisa jadi salah satu faktor
yang menciptakan tawuran adalah sekolah itu sendiri. Tanpa sadar, saat kita sekolah disebuah sekolah, kita ini dibentuk untuk menjadi "suku" sekolah tertentu, dengan ciri khasnya.

Perhatikan saja sekolah dengan segala labelnya. Sekolah A terkenal dengan prestasi akademiknya, sekolah B terkenal dengan sekolah artis, sekolah C terkenal dengan prestasi olahraganya, atau yang lainnya. Stigma ini yang bisa saja menciptakan "suku" modern bernama suku sekolah. Calon siswa yang punya kecenderungan A, pasti akan memilih sekolah A, calon siswa dengan kecenderungan B, hampir bisa dipastikan akan memilih sekolah B,dst.

Dari sinilah tanpa kita sadari sekolah membentuk suku-suku. Suku yang tumbuh di jaman yang katanya modern...

Suku-suku yang akan membela nilai-nilai sukunya apapun yang terjadi. Meskipun salah. Kebanggaan akan simbol-simbol suku lebih menjadi motivasi dibanding tujuan mereka bersekolah...





No comments:

Post a Comment