Baru saja membaca berita yang menyebutkan bahwa omzet bisnis seluler nasional setiap tahunnya ternyata mencapai Rp. 470 triliun (Banyak juga ya). Namun sayang sebagian besar uang itu mengalir ke kantong perusahaan asing, bukan ke perusahaan negeri sendiri. Bagaimana tidak, lha wong hampir sebagian besar kepemilikan saham di bisnis seluler dikuasai perusahaan asing.
Direktur Center for Indonesian Telecommunication Regulation Study (Citrus), Asmiati Rasyid menyebutkan, omzet sebanyak itu terdiri dari berbagai bisnis disektor telekomunikasi. Menurutnya bisnis terminal seluler per tahun beromzet terbanyak yaitu Rp. 200 T, disusul bisnis layanan sebesar Rp. 150 T, omzet bisnis perangkat jaringan Rp. 80 T, dan bisnis aplikasi Rp. 40 T. Sementara omzet bagi tenaga kerja yang sebagian besar melibatkan masyarakat Indonesia hanya mencapai Rp. 100 M saja. (pantes aja pada demo).
Untuk bisnis terminal dan perangkat jaringan, penguasanya adalah pemain yang memang sudah meng-global seperti Samsung, Motorolla, Apple, RIM, Nokia, ZTE, dan Huawei. Sementara operator telekomunikasi di Indonesia pun sebagian telah dikuasai pemodal asing.
Berikut nama perusahaan dan pemilik saham dengan prosentasenya :
PT. Telekomunikasi Seluler ( Telkomsel ) : Singapore Telecom / Singtel (35%), PT. Telkom (30%), PT. Indosat (35%)
PT. Indosat Tbk (ISAT) : Qatar Telecom/QTel (65%), Pemerintah RI (14,29%), Skagen AS (5,57%), Publik (15,14%)
PT. XL Axiata Tbk (EXCL) : Axiata Group Malaysia (66,69%), Emirates Telecommunications/Etisalat (13,3%), Publik (20%)
PT. Hutchinson CP Telecommunications (Tri) : Hutchinson Hong Kong (60%), Charoen Pokphand Indonesia (40%)
PT. Natrindo Telepon Seluler (AXIS) : Saudi Telecom (51%), Maxis Malaysia (44%), Grup Lippo (5%)
Jadi, ternyata kita ini cuma baru bisa jadi konsumen yang baik...